Rupiah Melemah Menyeret Ekonomi Bangsa

Rupiah Melemah Menyeret Ekonomi Bangsa

Nilai rupiah yang kian anjlok di tanah air menyebabkan para investor asing enggan menanamkan modalnya di tanah air. hal tersebut di picu oleh Negara Amerika Serikat yang menaikan nilai suku bunga dan berimbas pada pergerakan modal investor secara global. nilai tukar mata uang indonesia kian melemah yakni menembus angka 14.000 per dollar Amerika Serikat.Melemahnya nilai mata uang bukan hanya di rasakan oleh indonesia akan tetapi beberapa negara di asia juga menerima dampak yang sama meskipun para pengamat ekonomi berpendapat bahwa hal ini hanya berlangsung sementara saja namun hal ini cukup meresahkan para investor pasalnya timbul keraguan untuk menanamkan modal di pasar modal.

Dampak paling besar di rasakan oleh negara negara ekspor-impor, pasalnya harga tukar mata uang melemah menyebabkan harga barang barang ekspor-impor menjadi defisit. Beberapa pengusaha mengaku memilih menghentikan produksi untuk beberapa barang yang di anggap akan merugi pasalnya beberapa barang memerlukan bahan baku yang mengalami kenaikan cukup signifikan sedangkan setelah di produksi menjadi barang jadi harga nya tidak sesuai dengan biaya yang di gunakan saat produksi.

Dalam situasi seperti ini Bank Indonesia cukup di sulitkan pasalnya untuk menstabilkan atau mempertahankan nilai tukar rupiah beberapa hal sudah di lakukan yakni dengan meningkatkan investasi obligasi negara dari pasar sekunder untuk mempertahankan aksi penjualan besar besaran oleh para investor di pasar valas sehingga rupiah dapat di stabilkan namun hal tersebut masih belum efektif.

Dalam catatan Bloomberg, nilai Rupiah anjok 0.5 persen sebelum di perdagangkan pada nilai 13.999 per USD. Dari data yang di ambil 3 bulan terkhir, nilai rupiah sudah anjlok sebesar 3.2 persen dan ini merupakan rekor yang cukup buruk yakni menjadi peringkat kedua terburuk di negara asia setelah negara India.

Pertumbuhan ekonomi yang dilaporkan oleh BPS di kuartal pertama ini juga mengalami kemerosotan yakni hanya 5.06 persen dari yang di targetkan sebesar 5.3 persen. Meski begitu BPS yakin bahwa kemunduran nilai tukar hanya kesalahpahaman ekonomi saja dan hal ini hanya bersifat sementara jadi para investor harusnya cukup berani dengan menanamkan kembali modal mereka di pasar modal sehingga isu kepanikan ekonomi ini tidak berlanjut dan berdampak lebih buruk di kuartal selanjutnya.

Sampai saat ini Bank indonesia sendiri masih mempertimbangkan upaya untuk menaikkan suku bunga sebagai upaya lanjutan untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. Menurut Deputi Gubernur Senior BI Mizra Adityaswara, kenaikan nilai suku bunga akan menjadi pembahasan pada rapat yang akan di gelar pada pertengahan bulan ini dengan harapan nilai tukar rupiah akan menguat sekaligus menjadi jawaban atas keraguan para investor di tanah air.